Plato dan gurunya, Socrates
Plato bertanyakan makna cinta dan Socrates pun menjawab;
"Masuklah ke dalam hutan, pilih dan ambillah satu ranting yang menurutmu paling baik. Tetapi engkau haruslah berjalan ke depan dan jangan kembali ke belakang. Pada saat kau sudah memutuskan pilihanmu, keluarlah dari hutan dengan ranting tersebut"
Maka, masuklah Plato ke dalam hutan dan keluarlah Plato tanpa membawa sebatang ranting pun. Gurunya pun bertanya, maka jawab Plato;
"Saya sebenarnya sudah menemui ranting yang bagus, tetapi saya berfikir barangkali di depan saya ada ranting yang lebih baik. Tetapi setelah saya berjalan ke depan, ternyata ranting yang sudah saya tinggalkan tadilah yang terbaik. Maka, saya keluar dari hutan tanpa membawa apa-apa"
Guru itu pun berkata;
"Itu lah cinta..."
Lalu Plato pun bertanya apakah makna perkahwinan.
Guru pun menjawab;
"Sama seperti ranting tadi.Namun kali ini engkau haruslah membawa satu pohon yang engkau fikir paling baik dan bawalah keluar dari hutan"
Maka, Plato masuk ke dalam hutan dan keluar membawa pohon yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu indah. Gurunya pun bertanya, maka jawab Plato;
"Saya bertemu pohon yang indah daunnya, besar dahannya, tetapi saya tidak dapat memotongnya dan pastilah saya tidak mampu membawanya keluar dari dalam hutan. Akhirnya, saya tinggalkan. Kemudian, saya menemui pohon yang tidak terlalu buruk, tidak terlalu terlalu tinggi, dan saya fikir saya mampu membawanya kerana mungkin tidak akan menemui pohon seperti ini di depan sana.Akhirnya saya pilih pohon ini kerana saya yakin mampu merawatnya dan menjadikannya indah"
Lalu sang guru berkata;
"Itulah makna perkahwinan"
~kredit untuk novel Ranting Cinta Si Plato: Norhayati Berahim
Wednesday, November 30, 2011
cinta dan perkahwinan
Posted by teduhankasih at 7:58 PM
Labels: bebelan, buku, lovingkapel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment